- Ketika anak Anda memasuki usia sekolah, minat dan bakat mereka mulai terlihat. Namun jika mereka lebih tertarik untuk bermain game di komputer daripada beraktivitas di luar, bagaimana cara menggali bakatnya?
Lisa J. Crockeet, PhD, seorang profesor di University of Nebraska, menyarankan untuk memotivasi anak agar mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Lisa mengatakan, "Terlibat dalam ekstrakulikuler memberikan banyak manfaat pada aspek kehidupan seorang anak, baik sekarang maupun di masa mendatang."
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ekstrakulikuler mampu mendapatkan nilai yang bagus, kepercayaan diri yang tinggi, manajemen waktu yang baik, cenderung menghindari alkohol dan narkoba serta drop-out. Menurut penelitian yang dilakukan Thomas Fritsch, PhD dari Parkinson Research Institute di Aurora Sinai Medical Center Milwaukee, kegiatan ekstrakulikuler mempengaruhi kemampuan kognitif seorang anak di masa mendatang. Jika anak Anda mengikuti aktivitas tersebut semasa sekolah, maka pada umur 75 tahun, ingatannya masih cukup bagus.
Mendorong anak Anda untuk ikut dalam kegiatan ekstrakulikuler membantunya untuk mencari jati diri. Dari aktivitas ini, dia bisa mengetahui siapa dia dan apa yang ingin dia lakukan. Lebih jauh, anak Anda akan menemukan hal apa yang dia sukai dan bidang yang dia kuasai. Ekstrakulikuler memberikan tiga hal yang bermanfaat bagi anak Anda yaitu aktivitas, aspirasi dan prestasi. Tapi ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum mengikutkannya dalam kegiatan ini, seperti yang dikutip dari Good Housekeeping Amerika.
1. Mencoba Dua Kegiatan
Anda bisa membantu anak menemukan bakatnya dengan mendorongnya untuk mengikuti ekstrakulikuler, namun berapa banyak dan aktivitas yang seperti apa yang dia suka? Cobalah untuk mengikutkan dia dua kegiatan terlebih dulu, misalnya balet dan piano untuk anak perempuan atau basket dan gitar untuk anak laki-laki Anda.
"Terlalu banyak tanggung jawab yang diambil oleh seseorang membuat mereka frustasi," tulis Tina Seelig, PhD, seorang ahli syaraf, pada bukunya What I Wish I Knew When I Was 20: A Crash Course on Making Your Place in the World. Sehingga Tina menyarankan untuk mencoba dua kegiatan saja bagi anak Anda. Hal ini dirasa cukup efektif untuk mengetahui kegiatan mana yang lebih mereka sukai.
2. Berikan Cukup Banyak Waktu
Anak yang telah mengetahui minat dan bakatnya sejak usia dini, memang bisa menjadi seorang yang ahli di bidang tersebut ketika dewasa. Namun presentase anak-anak yang seperti itu hanya sekitar 20%. Sekitar 25% anak-anak menemukan bakatnya setelah hanyut mengikuti arus yang ada di sekitarnya.
Sisanya sekitar 50-60%, masih mencari apa yang menjadi minatnya dan masih belum menemukannya sampai beranjak remaja. Menurut William Damon, PhD, direktur Stanford University Center on Adolescence dan penulis 'The Path to Purpose: How Young People Find Their Calling In Life', remaja yang masih belum menemukan minat dan bakatnya cenderung menjadi pemimpi dan penggemar amatir. Pemimpi adalah mereka yang mempunyai angan-angan terlalu tinggi tapi tidak berusaha meraihnya, sedangkan penggemar amatir adalah mereka yang masih terus mencoba satu per satu kegiatan sampai menemukan apa yang menjadi minatnya.
Anak-anak tipe pemimpi maupun penggemar amatir pada dasarnya adalah anak-anak hebat yang melakukan sesuatu seperti yang diharapkan pada mereka; mengikuti ekstrakulikuler dan mengerjakan PR. Pada akhirnya mereka akan menemukan bakat mereka, hanya saja butuh lebih banyak waktu. Anak muda jaman sekarang memang disuguhi banyak pilihan dan kesempatan, tugas orang tua adalah membantu mereka mengasah bakatnya, begitu saran Damon.
Banyak orangtua yang frustasi ketika anak mereka meninggalkan kegiatan yang telah diikutinya beberapa saat, hal itu sangat wajar terjadi, begitu kata Katharine brooks, EdD, direktur Liberal Arts Career Services University of Texas dan pemulis buku "You Majored in What?". Menurutnya, Anda tidak perlu khawatir jika anak Anda bersikap seperti itu. Katarhine sendiri telah melakukan pengembaraan untuk menemukan apa yang menjadi gairah hidupnya. "Anda tidak hanya menggunakan waktu untuk menemukan apa yang Anda inginkan, tapi Anda juga perlu menggunakan waktu untuk mencari tahu apa yang tidak Anda inginkan," kata Katarhine.
3. Coba Lagi
Para ahli menyebutkan ada tiga tahapan belajar. Tahap pertama adalah Inkompetensi Bawah Sadar, saat anak tidak tahu apa yang mereka tidak tahu. Tahap kedua adalah Inkompetensi Sadar, katika anak sadar bahwa apa yang dia kerjakan cukup sulit dan dia bertahan. Tahap ketiga adalah Kompetensi Sadar, saat anak melakukan upaya untuk mempelajari sebuah kegiatan.
Ketakutan dan ketidakamanan harus diatasi. Beberapa anak yang perfeksionis akan merasa frustasi ketika mereka tidak dapat melakukan kegiatan tersebut dengan baik, sehingga mereka memilih untuk berhenti. Antara tahap 2 dan tahap 3 biasanya terjadi jeda yang disebut periode terbengkalai, dimana seorang anak akan meninggalkan kegiatannya sejenak karena berbagai alasan. Saat dia mulai mengerjakan kegiatan itu kembali, dukunglah dia karena saat itulah dia telah siap untuk melakukan kegiatan tersebut secara lebih serius.
4. Mencari Celah
Ada kalanya Anda harus berhenti mendorong anak Anda untuk melakukan kegiatan yang nampaknya tidak terlalu dia sukai. Cobalah untuk mencari celah dengan mendengar dan mengamati apa yang disukainya. Anda bisa mengamati tontonan favoritnya di tv, atau Anda bisa bertanya "Apa yang akan kita lakukan untuk mengisi liburan?"
Hal-hal kecil bisa mengarahkan seorang anak pada apa yang sesungguhnya dia sukai. Misalnya seorang anak yang suka membantu orang tuanya memasak, mungkin dia memiliki minat pada tata boga. Atau ketika seorang anak suka dengan film-film dengan genre scientis, mungkin dia berbakat dalam bidang ilmiah. Bahkan jika anak Anda suka membongkar-bongkar komputer biarkan dia melakukan hal tersebut, mungkin dia tertarik dengan hal-hal yang berbau teknologi.
wolipop.com